Thursday, September 8, 2016

Psikokultural Cinta

Hei, lihatlah aku disini
Aku sedang duduk di sebelah sepasang kekasih yang sepertinya sedang asyik mengerjakan tugas bersama
Mereka saling bersandar, bertukar minuman
Mereka tertawa dan banyak bercakap
Aku tidak mendengar betul percakapannya
Namun pastilah terselip persoalan angan didalamnya

Kau tahu tentang pernikahan?
Hal yang mudah sebenarnya dalam agama
Mengucap janji
Oh tidak..
Bukan sekedar janji
Namun janji itu terdiri dari beberapa bahan baku seperti tanggung jawab, kejujuran, dan juga seks

Itulah realitas pernikahan kita

Kita?
Oh tidak..
Kita belum menikah

Tahukah kau tentang tanggapan banyak manusia tentang menikah?


Faktor psikologis sangat mempengaruhi pengharapan dan dugaan kita dalam bercinta

secara tidak sadar kita memiliki stereotype terhadap lawan bercinta kita yang mempengaruhi harapan dan cara berpikir kita tentang cinta

Adapun etnosentrisme yang merujuk pada tendensi untuk mengidentifikasikan segala sesuatu sebagai kelompok internal kita, misalkan budaya, etnik, dan ras.

Jadilah percintaan bak pelajaran seni budaya yang tidak mengalirkan seni berdasar otak kanan
Melainkan banyak berpikir dengan otak kiri
Ragu melangkah karena etnografi
Terkekang pemikiran buah dari stereotype

Kalian bayangkan saja ketika pernikahan atau bercinta harus didasari oleh suku budaya yang sama?
Sedangkan Tuhan sengaja menciptakan kita berbeda

Kau tahu?
Agar kita bisa merasakan indahnya bercinta berbeda suku
Hahaha
Itu akan menjadi pengalaman yang dapat dituliskan dalam buku etnografi

Dihadapanku ada yang bercakap tentang ribetnya mengusung konsep pernikahan karena perbedaan suku
Menurutku itu hal yang biasa
Banyak yang sudah melakukannya
Hanya saja bagi sebagian besar pasangan ini adalah Forum Diskusi Akbar

Bukankah sangat kreatif dan imajinatif bila pernikahanmu mampu berkreasi dengan menggabungkan dua suku berbeda
Atau lima suku berbeda

Ada pula kasus lain
Tidak jadi menikah karena berbeda suku
 Sebelum memutuskan untuk jatuh cinta samakan dulu sukumu biar aman haha

Lantas stereotipe macam apa yang membenarkan suku kita lebih baik darinya?
Lantas apa ini?
Jelas-jelas mereka beda kelamin, apakah mesti disamakan juga?
 

Party Minion

Kadang aneh juga ketika mengkhayalkan dunia penuh dengan warna kuning
Tak memiliki arti tertentu bagiku
Hanya sebuah warna biasa yang menurutku lebih melambangkan buah pisang secara dominan

Terima semua langkah dalam lamunan
Senangnya ikut berpesta dalam alunan lagumu
Di atas sebuah kasur putih bertabur mawar kuning versiku kita menari lalu terjatuh
Alangkah indahnya kau mengenakan dalaman kuning itu

Temanmu hadir dalam pesta bernuansa kelabu kekuningan ini
Berteriak tanpa suara
Menjerit karena keasyikan
Duniaku tak lagi sebatas genggaman
Kini bebas berlarian, bernyanyi, lalu terbang ke awan kuning

Rerintik hujan pun bila terkena matahari terlihat kuning versiku

Sunday, May 8, 2016

Aku Lelah

Saya galau maksimal beberapa hari ini
Merasa tidak bisa bekerja lagi

Hidup hanya satu kali
Ujung ujungnya bakalan mati

Aku tidak mau mati dgn rasa bersalah

Aku galau maksimal
Karena tidak bisa bekerja lagi

Sudah ku coba jadi orang lain agar orang lain senang
Sudah ku coba bertahan namun aku seperti manusia tidak bersyukur

Aku mau melakukan hal yang membuatku bahagia

Ketika kemapanan jadi tolak ukur

Ku katakan bahwa aku ingin mapan!
Aku pun ingin sekali menikah
mencintai lelaki yang berjuang memenuhi hari hariku dan anakku kelak

Tapi aku tidak kuat
aku sakit
Bukan sakit fisik
Bukan lelah fisik

aku sakit
sakit serius

Aku tidak bahagia mom.

Thursday, January 21, 2016

Cinta Sebutir Salju

Aku tidak pernah menyentuh salju namun aku tahu itu dingin
Aku tidak pernah melihatnya langsung namun aku percaya salju itu putih

Aku mengharapkan bisa bermain salju
Berlarian di atas salju
Membuat bola-bola salju
Dan membuat manusia salju versiku

Aku dalam sebuah perjalanan panjang menuju impian mendekap salju
Merasakan dinginnya yang mebahagiakan bagi mereka yang sebelumny tidak pernah menyapa salju
Salju bisa menjadi bencana
Badai salju akan menenggelamkanmu dalam dinginnya ketidak rasionalan

Aku hanya diam
Apa iya aku sungguh-sungguh ingin bermain salju?
Salju bisa membekukanmu
Menjadikan kita membatu sepi tanpa kata
Hingga akhirnya aku butuh kehangatan

Salju akhirnya menjadi perhiasan di luar
Dan aku menikmatinya depan perapian dengan secangkir teh hangat dalam pelukanmu.

Sunday, October 25, 2015

Membenci Ketergantungan

Terkadang aku membenciku
Membenciku yang rapuh
Membenciku yang lemah
Membenciku yang mudah

Terkadang aku membenciku
Membenci caraku memulai
Membenci caraku menjalani
Membenci caraku bertutur

Terkadang aku membenciku
Membenci lidahku yang lemas
Membenci sentuhanku yang goyah
Membenci tubuhku yang terkapar

Terkadang aku membenciku
Membenci semua yang ada pada diriku

Tuesday, October 6, 2015

Kita Belum Tentu Dongeng

Aku sedang berjalan bersamanya
Mengutaran rasa hampir dengan cara yang sama pada orang sebelumnya

Aku kini ditemani olehnya
Berayun dengan musik yang hampir sama dengan nada sebelumnya

Dia pernah mengucap kata sayang yang mungkin jauh lebih indah sebelum bersamaku
Dia pula mungkin pernah yakin dengan apa yang dia jalani sebelum bersamaku

Aku pernah berencana memiliki waktu yang akan kuhabiskan pada orang-orang terdahulu
Dia pun mungkin pernah membangun rencana itu

Aku dan dia kini berdiri di tempat yang sama
Saling menatap tanpa kata
Menaruh harapan dan juga visi yang sebelumnya pernah di taruh pada hati lain

Aku memandangnya terlelap di tubuhku
Aku menyisir rambutnya dengan jemariku
Aku biarkan dia semakin nyenyak
Terus mendengar nafas dan merasakan detak jantungnya

Kala itu ku berpikir, akankah aku menjadi visi terakhirnya?
Akankah dia terus terlelap bersamaku?

Saturday, September 19, 2015

Ruang Tanya

Tanda terbesar yang kau paparkan padaku
Mengeryitkan dahi saat kau melihat kelakuan ini
Kau senyum dalam manjanya sebuah sikap

Pada gorden di sebuah kamar ku mengusap telapak tangan ini
Berharap suatu saat dari luar jendela ku melihatmu masuk ke balik pintu

Setiap uap yang akhirnya mengepul ke udara menjadikanku sandaranmu
Ku dekap hangat hingga tak mampu kulepaskan
Kau bersandar pada dada ini
Seolah menyatu pada satu fisik saja tanpa cela

Tak mampu megukur jarak karena sudah terlalu dekat
Pada sebuah gelas di ruang kecil ini kita berbagi cairan
Pada sebuah sendok di ruang kecil ini kita saling bertukar asupan

Kita beradu pada setiap detik keresahan bila tidak bersama
Kita beradu pada kekuatan untuk menahan ketidakbersamaan

Kau dan aku bertanya pada diri masing-masing
Walau lemari kecil itu menyimpan masa lalu
Lacinya selalu terbuka untuk sebuah rasa yang baru

Berilah sedikit menit dalam darah ini
Agar tidak terhapus pada detik penyesalan