Monday, October 29, 2012

Review Program Hitam Putih



Hitam Putih merupakan program talkshow dengan format mind reading. Menghadirkan bintang tamu yang inspiratif dan tentunya banyak disukai. Dibawakan langsung oleh Deddy Corbuzier dengan menyelipkan aksi-aksi khasnya. Bintang tamu akan diberikan pertanyaan seputar masalah pribadi, prestasi, bahkan harapan. Dikemas dengan kejahilan, kemahiran & ketajaman Host dalam mengatur permainan pikiran akan mengundang gelak tawa.

Komodifikasi adalah suatu bentuk transformasi dari hubungan, yang awalnya terbebas dari hal-hal yang sifatnya diperdagangkan, menjadi hubungan yang sifatnya komersil. Dalam artian bahwa hubungan sosial ter-reduksi menjadi hubungan pertukaran. Komodifikasi juga merupakan istilah yang hanya ada dalam konsep jual-beli di tahun 1977, namun mengekspresikan konsep fundamental atas penjelasan Karl Marx tentang bagaimana kapitalisme terbangun. Sedangkan Komodifikasi menurut Vincent Mosco digambarkan sebagai cara kapitalisme dengan membawa akumulasi tujuan kapitalnya atau mudahnya dapat digambarkan sebagai sebuah perubahan nilai fungsi atau guna menjadi sebuah nilai tukar.

Karl Marx dalam bukunya Communist Manifesto, mendefinisikan komodifikasi sebagai “Callous Cash Payment”, yakni “pembayaran tunai yang tidak berperasaan”. Ia menggambarkan bahwa kaum kapitalis yang mempunyai kontrol atas apapun telah mengubah nilai-nilai personal menjadi nilai tukar, mengubah hubungan sentimental dalam keluarga menjadi hubungan yang mempergunakan uang. Sehingga segala sesuatu tidak akan bernilai jika tidak mempunyai nilai tukar. Kemudian Marx terfokus pada komodifikasi dalam proses kerja, dimana dalam realitanya, aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja (kerja guna) telah bertransformasi menjadi kerja abstrak. Jadi dalam kerja abstrak, aktifitas kerja yang diperlakukan seolah tidak ada perbedaan kualitas untuk memudahkan pertukaran. Katakanlah pembuat arloji dengan pembuat sepatu. Mereka bekerja dengan kemampuan yang berbeda, dengan pengoperasian yang berbeda, dan tentunya dengan alat yang berbeda. Namun di dalam kerja abstrak, semua itu dianggap sama agar dapat dianggap seimbang untuk memudahkan pertukaran.

Dalam hal ini, program Hitam Putih akan dikaitkan dengan komoditas dan juga dipandang dari segi ekonomi-politik. Ekonomi Politik adalah kajian tentang relasi sosial , khususnya relasi kekuasaan yang membentuk produksi, distribusi, dan konsumsi termasuk sumberdaya-sumberdaya komunikasi.

Hitam Putih dipandang berdasar komodifikasi :

A. Komodifikasi Isi

Berdasarkan konten isinya, Hitam Putih mengarahkan perbincangan pada masalah pribadi yang dianggap mampu memotivasi serta inspiratif. Talent ataupun bintang tamu yang diundang tentunya akan memaparkan pengalamannya dalam meraih kesuseksan hingga dikenal oleh banyak orang. Kisah yang dipaparkan tak jarang membuat bintang tamu menangis.
Pertanyaan lugas pun terus disodorkan kepada bintang tamu. Konten isi perbincangan inilah yang dijual dengan kemasan santai dan disajikan dengan atraksi bahkan alunan musik. Masalah pribadi dari bintang tamu dianggap lumrah untuk diperbincangkan ke publik. Para fans yang mungkin sedang menonton pun akan merasa sangat tertarik dengan setiap ucapan dari bintang tamu. Komunitas-komunitas yang ada di Indonesia pun terkadang hadir sebagai bintang tamu sembari memamerkan karya mereka. Selebriti yang berprestasi pun dihadirkan dan diharapkan mampu memberikan inspirasi.

Gaya hidup dan masalah perceraian diungkapkan lewat program ini. Salah satu episode Hitam Putih pun pernah memdapat teguran tertulis oleh KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) karena pertanyaan yang ditujukan bersifat tidak pantas dan di luar konteks kesiapan usia. Hal ini dianggap menjual, namun justru dapat menyakiti pihak tertentu. Tepatnya episode 8 april 2012 pukul 18.28 WIB menayangkan adegan Deddy Corbuzier yang menanyakan sebuah pertanyaan kepada seorang anak di luar kemampuan si anak untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Host menanyakan, “Lebih suka ketemu ayah(ayah kandung si anak yang orang tuanya telah bercerai) atau Daddy? (teman dekat sang ibu saat ini)”. Si anak terdiam sejenak dan akhirnya menjawab “Daddy” lalu menangis. Adegan tersebut disertai dengan penayangan teks “Nasywa lebih suka bertemu dengan “Daddy” Irwan daripada ayahnya sendiri?”. Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas perlindungan kepada anak. KPi Pusat menilai bahwa adegan tersebut tidak layak ditayangkan karena dapat berdampak pada perkembangan psikologis si anak. Tindakan penayangan hal tersebut telah melanggar P3 Pasal 14 ayat (2) dan Pasal 29 huruf a dan b serta SPS Pasal 15 ayat (1)

B. Komodifikasi Audiens

Audiens dijadikan komoditi para media untuk mendapatkan iklan dan pemasukan. Kasarnya media biasanya menjual rating atau share kepada advertiser untuk dapat menggunakan air time atau waktu tayang. Audiens dalam hal ini sebagai tolak ukur, seberapa banyak peminat ataupun khalayak yang menonton program acara Hitam Putih. Salah satu tayangan yang paling mampu merengkuh pasar dalam skala massif ialahtayangan hiburan. Hiburan menjadi dasar ideologi bagi segala konten yang disajikan ditelevisi karena orientasinya ialah untuk menjaring rating sebesar-besarnya.

Dramatisasi visual tersebut tentunya dilakukan dengan orientasi rating tayangan yangakhirnya meningkatkan pemasukan iklan. Semakin sensasional dan kontroversial informasiyang disajikan, maka semakin dramatis pengemasan yang dilakukan, dan semakin tinggi pula rating yang akan dicapai. mengandung proses pengolahan isi media untuk dijual melalui pengiklan baru ke audiens.

Oleh karena itu, audiens yang menjadi khalayak Hitam Putih tersebut menjadi tolak ukurtingginya nilai tukar Hitam Putih tersebut sebagai salah satu produk media melaluitingginya angka rating. Pengukuran banyaknya pemirsa yang menonton menjadi salah satuindikator keberhasilan suatu tayangan Hitam Putih yang kemudian dijual ke pihak pengiklan agar mau memasang iklan di tayangan tersebut. Dengan kata lain, audiens sebenarnya menjadi salah satu ‘komoditas’ andalan media untuk memperoleh keuntungan optimal.

C. Komodifikasi Pekerja

Seperti yang sudah digambarkan sebelumnya, pekerja merupakan penggerak kegiatan produksi. Bukan hanya produksi sebenarnya, tapi juga distribusi. Pemanfaatan tenaga dan pikiran mereka secara optimal dengan cara mengkonstruksi pikiran mereka tentang bagaimana menyenangkannya jika bekerja dalam sebuah institusi media massa, walaupun dengan upah yang tak seharusnya.
Lebih jauh Mosco mengemukakan bahwa di samping ketiga hal tersebut di atas, juga ada komodifikasi yang lain yang perlu untuk diperhatikan, yaitu :

Komodifikasi imanen

Bagaimana sebuah iklan yang membeli air time atau ruang dalam sebuah media massa kemudian mereka mendapat peningkatan keuntungan dari iklan-iklan yang mereka pasang pada media massa. Perputaran uang-uang hasil dari berbagai transaksi yang berhubungan proses komunikasi antara media dan khalayaknya maka dianggap juga sebagai hasil proses komodifikasi.Dalam hal ini, rating atau share adalah sebuah komoditi yang penting yang juga menghubungkan advertiser, pemilik perusahaan dan audiens yang juga sebagai konsumen dari produk-produk mereka. Maka rating menjadi sangat penting, bukan hanya untuk komoditas media tapi juga telah menjadi bagian dari tahapan-tahapan perkembangan komodifikasi komunikasi.

Komodifikasi yang diperluas

Komodifikasi yang diperluas terjadi ketika bagaimana nilai-nilai yang telah dikomodifikasikan pada khalayak dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat. Kemudian perubahan-perubahan dari kepercayaan masyarakat terhadap sponsorship yang bersifat private atau swasta untuk tempat atau layanan publik. Lalu penggunaan taman-taman atau tempat hiburan umum yang lebih sepi dari pada shopping mall. Dikatakan juga bahwa komodifikasi dalam ekonomi politik bukan mengenai kekuatan tapi hegemoni.

Menurut Mosco (2009: 139) dapat dilakukan melalui duacara: mengatur fleksibilitas dan kontrol atas pekerja dan "menjual" pekerja media untuk meningkatkan nilai tukar dari isi pesan media. Komodifikasi pekerja mengandung adanyaeksploitasi keahlian dan jam kerja para pekerja dengan menjadikannya sebagai komoditasdan menukarnya dengan upah dan gaji. Dalam hal ini, komodifikasi buruh cara pertama ini terjadi pada pekerja produksi acara yang selalu berlomba-lomba menayangkan liputan artis secara lengkap dan detil karena bukan lagi hanya ditujukan bagi ibu-ibu rumah tangga atau saat santai, tapi nyaris 24 jam sehingga para kru dan pekerja dituntut kerja ekstra keras, menggali lebih detil dan menjadi yangpertama dalam menyiarkan gosip. Sedangkan cara kedua dilakukan dengan memanfaatkan publik figur tertentu sebagai ‘ikon‘ media tersebut yang dapat men arik publik untuk mengkonsumsi. Pada tayangan ini misalnya yang menjual ‘ikon‘ Deddy Corbuzier sebagai host yang juga seorang mentalis.