Sunday, January 13, 2013

Bedanya Cinema 21 dan Cinema XXI

Bioskop pertama di Indonesia berdiri pada Desember 1900, di Jl Tanah Abang I, Jakarta Pusat, karcis kelas I harganya dua gulden (perak) dan harga karcis kelas dua setengah perak.
Bioskop zaman dulu bermula di sekitar Lapangan Gambir (kini Monas). Bangunan bioskop masa itu menyerupai bangsal dengan dinding dari gedek dan beratapkan kaleng/seng. Setelah selesai pemutaran film, bioskop itu kemudian dibawa keliling ke kota yang lain. Bioskop ini di kenal dengan nama Talbot (nama dari pengusaha bioskop tsb). Bioskop lain diusahakan oleh seorang yang bernama Schwarz. Tempatnya terletak kira-kria di Kebon Jahe, Tanah Abang. Sebelum akhirnya hancur terbakar, bioskop ini menempati sebuah gedung di Pasar Baru. Ada lagi bioskop yang bernama Jules Francois de Calonne (nama pengusahanya) yang terdapat di Deca Park. De Calonne ini mula-mula adalah bioskop terbuka di lapangan, yang pada zaman sekarang disebut "misbar", gerimis bubar. De Calonne adalah cikal bakal dari bioskop Capitol yang terdapat di Pintu Air.



Film-film yang diputar di dalam bioskp tempo dulu adalah film gagu alias bisu atau tanpa suara. Biasanya pemutaran di iringi musik orkes, yang ternyata jarang "nyambung" dengan film. Beberapa film yang kala itu yang menjadi favorit masyarakat adalah Fantomas, Zigomar, Tom MIx, Edi Polo, Charlie Caplin, Max Linder, Arsene Lupin, dll.

Bioskop 21 (Cineplex 21 Group) adalah sebuah jaringan bioskop di Indonesia, dan merupakan pelopor jaringan cineplex di Indonesia. Jaringan bioskop ini tersebar di beberapa kota besar di seluruh Indonesia dan sebagian besar di antaranya terletak di dalam pusat perbelanjaan, dengan film-film Hollywood dan Indonesia sebagai menu utama, dan didukung oleh teknologi tata suara Dolby Digital dan THX.

Sekarang makin berkembang dan 21 malah booming dengan XXI. Tapi keduanya tetap ada. Sebenarnya apa sih bedanya Cinema 21 dengan Cinema XXI?


Sebenarnya perbedaan keduanya hanya terletak pada segmen pasar yang di bidik. Cinema xxi membidik pasar kalangan menengah ke atas, sementara cinema 21 ditujukan untuk middle end ke bawah. Dengan perbedaan pasar yang dibidik inilah jelas fasilitas yang ditawarkan juga sangat berbeda.

Pada umumnya Cinema 21 telah dilengkapi tata suara Dolby Digital, dan bahkan beberapa di antaranya yang merupakan Cinema 21 versi terdahulu telah bersertifikat THX, seperti Hollywood KC (Kini Hollywood XXI), Karawaci (kini Karawaci XXI), dan Mega (kini Pluit Village XXI) untuk area Jakarta.

Cinema XXI menghadirkan kualitas Audio video yang bagus dan sudah mendukung format film 3D, yang merupakan format film jaman sekarang. Sedangkan interiornya juga kalah jauh, lebih mewah dan kelihatan eklusif. Tempat duduknya kita juga akan dimanjakan dengan menggunakan sofa empuh. Ini semua akan mustahil jika sahabat setia masuk di Bioskop cinema 21.


Nah, menurut pengamatan saya. Bedanya :

1. XXI tiketnya warna kuning, kalau 21 warna putih :p
2. XXI lebih dingin dari 21 :p
3. XXI lebih mahal dari 21 -____-"

BETUL TIDAAAK ??


Saturday, January 5, 2013

Simple Words

pakaian yang ia kenakan ini berwarna putih. tanpa sengaja tinta tertumpah di atas pakaiannya, namun hanya mengenai lengan kirinya. anehnya, semua mata tertuju pada pakaian yang lengan kirinya terkena noda, ada yang berkata "biarkan saja," ada yang berkata "nanti juga hilang," bahkan ada yang menyuruh untuk mengganti pakaiannya. Anehnya, mengapa noda begitu cepat menarik perhatian? Tidakkah masih banyak sisi putih dalam pakaian itu yang masih bersih?

Aku Yang Tidak Sempurna


Aku bohong pernah membencimu
membuangmu hingga jauh dari ragaku
bukan itu mauku
bukan itu maksudku
karena sungguh dalam doaku, ku pinta kau tuk kembali

Sering ku marah padamu
Protes semua caramu, hingga ku hancur tak pasti
melebur menyatu debu
tak kuasa ku tahan
sesungguhnya ada rindu di sini

sakit sekali
sungguh sangat sakit ketika ku tak bisa sempurna untukmu
sakit sekali
teramat sakit ketika ku jatuhkan mu karena ketidaksempurnaanku
sakit sekali
gila yang ku rasakan ketika ku tak sempurna di matamu

Aku bodoh bila tak tahu hatimu
sumgguh ku mengerti
kaupun terluka
semua salahku
salah dari diriku
terlalu jauh membawamu pada masalah yang tak perlu

Sungguh ku tak sempurna namun hatiku sempurna
sungguh sikapku tak sempurna namun inginku sempurna
mengapa ku tak sempurna
mengapa lemah
karena jiwa yang tak sempurna ini membutuhkanmu tuk sempurna

Mengerti




Kata mengerti
bagai satu ujian yang melanda kita
sering menimpa kita
menggoyahkan asa ini
seakan ku tak pernah mengerti

Kita mengerti
bagai kapas yang ringan diterbangkan
menjatuhkan kita
mematahkan kepercayaan
menganggap tak pernah saling mengerti

Sesungguhnya apa yang perlu dimengerti
Tanyakan ku apa yang belum ku mengerti
Lalu ku kan hadir
Kau kan bediri
saling memberi pengertian tentang..

Mesti mengerti
setiap hembus nafas yang kita jalani
hingga kesempatan buatnya berkata
kau tak mengerti
itu uraianmu

sesungguhnya apa yang perlu dimengerti
tanyakan ku apa yang belum ku mengerti
lalu ku kan hadir
kau kan berdiri
saling memberi pengertian tentang hati.

Haruskah mengerti selalu jadi alasan
padahal sungguh kau telah mengerti diriku
kau yang paling mengenalku
melihat segala tentangku
namun apa ini
tentang apa ini?

Langkah Mati

Satu hari ku melangkah
mendekati hati mu
jujur ku tak percaya
ku begitu berani
begitu percaya diri
akulah yang terbaik

Pernah ku berjalan
tepat ke arahmu
yakinku ini pasti
ku begitu peduli
mendekap dirimu
seakan takkan ku lepas

Telapak kaki ini tak mungkin bohong kepadaku
Karena ku telah pasang harga mati di telapak kakiku
agar ketika Ia melangkah
Kau yang pasti tertuju
Hingga langkahnya terhenti, hanya terhenti dihadapmu

Lelah ku berputar
hanya tuk rasakan indah
namun keindahan tak selamanya nyaman
bagiku kau kenyamananku
nyaman tuk tujuanku
ini langkahku
harga mati untukmu

Telapak kaki ini tak mungkin bohong kepadaku
Karena ku telah pasang harga mati di telapak kakiku
agar ketika Ia melangkah
Kau yang pasti tertuju
Hingga langkahnya terhenti, hanya terhenti dihadapmu