Monday, August 12, 2013

Keindahan Perbatasan, Miangas



Satu pulau yang awalnya pun tidak pernah ku ketahui. Pulau yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh kaki ini untuk melangkah hingga ke perbatasan. Satu perjalanan panjang yang akhirnya membawaku melangkah hingga ke perbatasan Indonesia-Filipina.

Nama pulau ini, Miangas. Artinya "menangis". Tangis mungkin akan menghiasi, karena pulau ini letaknya amat sangat jauh dari Indonesia, dan sangat dekat dengan Filipina. Pulau terluar di bagian utara Indonesia ini tidak hanya menawarkan pemandangan yang menakjubkan, melainkan pengalaman mengharukan.



Aku tidak pernah berkhayal sebelumnya untuk membuat sebuah cerita atau film tentang pulau perbatasan. Bukan karena tidak menarik, namun sudah ada beberapa tulisan bahkan film tentang daerah perbatasan. Tapi kali ini berbeda, sangat sulit menuliskan betapa menariknya dan pentingnya persoalan perbatasan di angkat dalam sebuah tulisan atau mungkin film.

Banyak aspek yang bisa di angkat dan dijadikan topik utama. Hanya saja, rasa bahagia dan kaget ketika melihat keadaan perbatasan membuat jemari ini sedikit ragu untuk menulis. Bukan hal yang miris yang ku peroleh di Miangas, melainkan hal yang berbeda dari artikel-artikel sebelumnya tentang Miangas yang ku baca.

Hal pertama yang memang semestinya di lakukan saat hendak membaca sebuah artikel adalah melihat tanggal atau waktu tulisan tersebut di terbitkan. Inilah yang membuat banyak kesalahan pandangan yang lahir tentang pulau Miangas sebelum kakiku tiba di sana. Miangas tidak seburuk artikel, tidak sebodoh isi artikel, dan Miangas adalah pulau hebat, yang sangat hebat. Mampu mempertahankan kekayaan alamnya dan budaya di tengah jarak pulau yang hanya 2 jam dari Filipina.

Nasionalisme sangat ditonjolkan di sana, budaya timur begitu diutamakan. Adat-istiadat menjadi acuan utama warga Miangas.

Untuk menulis tulisan ini pun rasa bingung meracuniku terus-menerus. Entah harus ku mulai dari mana.

Menempuh perjalanan selama tiga hari dua malam dari Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara. Ketika tiba di Pulau Miangas, mata langsung dimanjakan oleh birunya laut yang begitu bersih. Dermaga di penuhi oleh warga miangas yang hendak bepergian ke pulau lain atau sekedar mengambil bahan pokok yang mereka sudah pesan jauh hari dan di titipkan pada kapal perintis ini.

Lihatlah, betapa sulitnya mereka memperoleh bahan pokok sehari-hari. Semuanya harus di pesan melalui kapal. Saking jauhnya perjalanan yang harus mereka tempuh, dan sulitnya mengarungi lautan dengan kapal perintis yang menjadi harapan warga Miangas. satu per satu tabung gas di turunkan dari kapal, satu per satu karung beras di turunkan dari kapal, dan masih banyak lagi kebutuhan warga yang diturunkan dari kapal.

Pulau ini memiliki kekayaan alam yang luar biasa, rasa syukur yang membuat tanah mereka berlimpah. Hanya saja, pasar tidak ditemukan di sini, begitu pula dengan sawah. Hal itulah yang membuat mereka perlu untuk memesan barang atau kebutuhan sehari-hari melalui kapal.



Harganya pun tidak murah, hanya ikan yang paling murah di sini. Lobster yang begitu mahal di restoran, cukup kau tangkap cuma-cuma di lautan Miangas. Gurita yang begitu sulit kau temui dan terjangkau mahal, cukup kau tangkap cuma-cuma pula di sini. Kau mau melihat Hiu? Mau melihat hewan laut unik lainnya? Menyelamlah, kau akan mendapatkan keindahan yang kau inginkan.

Begitu kau tiba di sini, pasir putih seperti aspal yang menghiasi jalan raya. Batu karang yang unik dan beraneka ragam, seperti batu kerikil bagi mereka. Saat aku tiba di sana, mungkin sangat norak, sangat kelewatan gembira melihat alam. Hingga batu karang dan pasir pun ku bawa pulang saat akan meninggalkan Miangas :)