Tuesday, July 29, 2014

Tentang Jatuh Cinta

Hati memang satu. Cuma satu, tapi bisa diisi dengan ribuan orang, rasa, dan masalah.

Lebih dari lidah.
Lidah hanya merasakan empat rasa pasti.
Tapi hati merasakan lebih dari itu, kadang pula bergetar sendiri tidak menentu, hingga pemiliknya pun bingung, rasa apa ini?

Sesekali ku bertanya pada cermin tentang rasa ini.
Dia tertawa menatapku
Dia senyum-senyum sendiri
Dia mengecek wajahnya mulai dari jidat hingga bentuk bibir saat tersenyum
Tak sedikit pun mau menunjukkan keburukan
Dia itu aku dalam cermin.

Itukah jatuh cinta?
Selalu ingin terlihat sempurna?

Salah

Kesalahan besar

Jatuh cinta itu rasa yang tidak bisa digambarkan.

Aku tidak pernah menilai jatuh cinta sebagai hal mematikan untuk diriku, hanya saja ketika harus kutunjukkan kepada orang yang kucintai, cinta itu akan ku takar. Mengapa? Karena aku tidak mau rasa cinta ini habis lalu berubah menjadi perih dan kecewa

Aku lebih bahagia mana kala memendam rasa ini.
Hanya menuangkannya lewat tulisan dan senyuman yang biarlah di nilai dan dirasakan sendiri oleh orang yang kucintai.

Aku tidak pernah memaksakan cinta pada orang yang kucintai.

Aku mencintai seseorang bukan karena dia sudah punya pacar atau belum, tapi karena memang tulus mencintainya.

Aku mencintai seseorang bukan karena dia mencintaiku juga atau tidak. Tapi karena memang aku mencintainya.

Tapi tidak berlaku untuk seseorang yang telah berkeluarga. FIX!

Kadang mereka merasa rugi ketika cintanya harus terpendam dan tak terungkapkan.
Kadang mereka merasa sakit ketika hanya memendam rasa ini sendirian.
Kadang mereka gelisah ketika cintanya tidak terlampiaskan.

Aneh, padahal ini rasa yang indah.
Tiada sedikit pun rugi maupun sakitnya untuk disimpan dan di jaga.

Aku menyimpannya dalam kotak emas yang akan terbongkar isinya kelak pada waktu yang tepat.

Aku akan membuka kotak emas ini bersama orang kucintai.

Isinya lebih dari sekedar harapan, lebih dari sekedar mimpi, semua sudah terpendam lama, dan hanya akan terlampiaskan kepada seseorang yang pantas menerimanya karena sudah terlahir tulus untuk turut menjaga hatinya untukku pula.

Amin.

Friday, July 25, 2014

Pemuja Galau #2

Sering kali banyak yang mengeluh dan curhat persoalan hati. Bertanya seputar pria ataupun wanita yang ia sukai. Sebenarnya hal ini bukanlah masalah besar ketika ia sadar apa yang ia rasa. Hanya saja, ia hanya menyimak sakitnya saja.

"Larut
Bagai sebuah cahaya yang tak sengaja muncul saat malam
Mengajak kita menari di atas gelapnya malam
Cahaya hanya sebagai tanda bahwa kita ada
Menerka hati satu sama lain lalu meninggalkannya,"

Yah, itu yang terjadi. Dan ketika kau diam saja saat ada yang memadamkan cahaya itu lalu menangis, kau adalah pemuja galau. Kalau kau sadar itu adalah angin lalu, pastilah kau akan tenang saja dan tidak akan galau.

"Menyapa ribuan sengatan lebah
Menyelimuti kalbu dengan tusukan pisau
Menyapu air mata lalu tertawa dalam cumbuan,"

Itu lagi yang terjadi. Ketika kau biarkan hatimu luka dan hanya dengan mudah diobati dengan rayuan. Sungguh kau nyata pemuja galau. Tidak mampu menilai dengan otak.

"Masih saja berayun dengan sepi
Mengukir makna di sebuah nisan
Lalu menyapa diary di pojokan kamar,"

Sekali lagi ia menangis lalu curhat ke delapan ratus dua puluh lima orang untuk mendengar pendapatnya satu per satu. Apakah lima saja tidak cukup? Parah, kau pemuja galau yang bangga dengan kegalauan.

"Menyimak hati demi hati
Melewati lorong demi lorong
Sesekali berbalik lalu menyesal,"

Sumpah, kau pemuja galau

Hanya mampu menangis, curhat, biarkan dirimu terluka karena terlalu sering berbalik belakang dan mengingat segudang masalah cintamu yang gagal.

Dasar pemuja galau.

Dihadapanmu sedang ada lilin menyala yang menunggu tuk di padamkan. Setelah padam, berjalanlah dengan lurus

Lilin itu mengantarkanmu pada ruangan gelap yang tidak hanya diisi satu cahaya, namun ribuan cahaya yang siap memberikan semua yang kau mau.

Berhentilah bermain dengan darah.

Jadilah Pemuja Cinta

Tuesday, July 22, 2014

Pemuja Galau #1

Masih saja dipenuhi dengan curhatan dari hati manusia yang tidak sadar akan langkahnya dan telah melakukan apa. Bagiku sampah. Ia bisa jadi sampah.

"Sesaat terdiam di tengah malam
Menangis sendiri lalu tertawa
Menatap langit-langit kosong yang berdarah
Iya, dia adalah luka yang membusuk dan mencoba merayu,"

Ketika kau diam dan terus meratapinya dengan bodoh. Kau adalah satu-satunya pemuja galau yang sedang meratapi masa surammu.

"Langkah itu pernah terluka oleh seseorang
Dia yang mengaku membawa mutiara dalam kegelapan
Masih lapar akan cumbuan manis di pucuk duri,"

Lalu, ketika kau menangisi itu tanpa bangkit. Kau adalah pemuja galau yang sesungguhnya. Yang hanya tahunya curhat lalu menangis lagi dan merasa sendiri.

"Sepi menyelimuti rembulan
Kala angin pun enggan berhembus nyata sudah ia telah pergi
Dihidupnya terpajang poster keabadian akan pencarian. Bukan pencapaian,"

Dan ketika kau masih berharap pada kenyataan palsu yang ia ciptakan. Jelas sudah kau PEMUJA GALAU