Satu hari di mana ku berharap terlelap justru membuatku terjaga semalaman. Tidak untuk berfantasi kehidupan layak ke depan melainkan mencoba mencari dan mengingat hal indah di masa lampau. Ternyata cukup sulit karena memang hal indah lah yang nyatanya lebih banyak daripada hal perih. Namun kadang kala manusia justru lebih bangga mempertahankan ingatan perihnya ketimbang hal indah yang jauh lebih banyak ia alami.
Ku selami lebih dalam hal ini saat malam tiba. Terus bertanya kenapa? Lebih fokus menatap noda hitam di atas kaos putih polos dibandingkan menatap sisa kaos yang belum terkena noda sama sekali. Noda hitam itu jadi masalah, di kucek sampai merusak kaos yang tadinya halus dan tidak kusut.
Apa yang salah dengan pandangan kita? Atau mungkin hanya pandanganku? Entah kesalahan sendiri maupun kesalahan orang lain amat sangat mudah melekat entah di pikiran maupun hati, hingga bawaannya emosi.
Kerap kali ku bertanya pula. Bodohkah ketika hal itu kupertanyakan? Sebenarnya kenapa?
Begitu banyak hal positif yang sesungguhnya kita perbuat, namun satu titik negatif menghampiri, mampu merusak jutaan hal positif bahkan impian. Etis kah itu?
Sesekali ku mencoba membawa diri untuk lebih terkesan positif, mencoba menyapa dan tidak mengungkit masalah kepada mereka-mereka yang mungkin pernah membuat masalah denganku. Yah, cukup sulit. Senyumku seakan hal yang tak ikhlas tuk terukir hanya karena kesalahan yang pernah terjadi.
Dendam pun bisa jadi mulai berakar dalam diri. Lambat laun justru menyiksa diri sendiri.
Mencoba menguatkan diri. Terus berkata...
"Rencana Tuhan.."
"Rencana Tuhan.."
"Rencana Tuhan.."
"Rencana Tuhan.."
"Rencana Tuhan.."
"Rencana Tuhan.."
"Ya, ini rencana Tuhan.."
Harus seperti ini jalannya. Pada titik ini memang saya harus bersalah, pada titik itu pula mereka melakukan kesalahan. Berarti kita hidup tentunya akan berada pada satu titik di mana kita begitu dibenci dan juga amat sangat dikagumi.
Hidup memang gak datar.
Ku selami lebih dalam hal ini saat malam tiba. Terus bertanya kenapa? Lebih fokus menatap noda hitam di atas kaos putih polos dibandingkan menatap sisa kaos yang belum terkena noda sama sekali. Noda hitam itu jadi masalah, di kucek sampai merusak kaos yang tadinya halus dan tidak kusut.
Apa yang salah dengan pandangan kita? Atau mungkin hanya pandanganku? Entah kesalahan sendiri maupun kesalahan orang lain amat sangat mudah melekat entah di pikiran maupun hati, hingga bawaannya emosi.
Kerap kali ku bertanya pula. Bodohkah ketika hal itu kupertanyakan? Sebenarnya kenapa?
Begitu banyak hal positif yang sesungguhnya kita perbuat, namun satu titik negatif menghampiri, mampu merusak jutaan hal positif bahkan impian. Etis kah itu?
Sesekali ku mencoba membawa diri untuk lebih terkesan positif, mencoba menyapa dan tidak mengungkit masalah kepada mereka-mereka yang mungkin pernah membuat masalah denganku. Yah, cukup sulit. Senyumku seakan hal yang tak ikhlas tuk terukir hanya karena kesalahan yang pernah terjadi.
Dendam pun bisa jadi mulai berakar dalam diri. Lambat laun justru menyiksa diri sendiri.
Mencoba menguatkan diri. Terus berkata...
"Rencana Tuhan.."
"Rencana Tuhan.."
"Rencana Tuhan.."
"Rencana Tuhan.."
"Rencana Tuhan.."
"Rencana Tuhan.."
"Ya, ini rencana Tuhan.."
Harus seperti ini jalannya. Pada titik ini memang saya harus bersalah, pada titik itu pula mereka melakukan kesalahan. Berarti kita hidup tentunya akan berada pada satu titik di mana kita begitu dibenci dan juga amat sangat dikagumi.
Hidup memang gak datar.