Sering kali banyak yang mengeluh dan curhat persoalan hati. Bertanya seputar pria ataupun wanita yang ia sukai. Sebenarnya hal ini bukanlah masalah besar ketika ia sadar apa yang ia rasa. Hanya saja, ia hanya menyimak sakitnya saja.
"Larut
Bagai sebuah cahaya yang tak sengaja muncul saat malam
Mengajak kita menari di atas gelapnya malam
Cahaya hanya sebagai tanda bahwa kita ada
Menerka hati satu sama lain lalu meninggalkannya,"
Yah, itu yang terjadi. Dan ketika kau diam saja saat ada yang memadamkan cahaya itu lalu menangis, kau adalah pemuja galau. Kalau kau sadar itu adalah angin lalu, pastilah kau akan tenang saja dan tidak akan galau.
"Menyapa ribuan sengatan lebah
Menyelimuti kalbu dengan tusukan pisau
Menyapu air mata lalu tertawa dalam cumbuan,"
Itu lagi yang terjadi. Ketika kau biarkan hatimu luka dan hanya dengan mudah diobati dengan rayuan. Sungguh kau nyata pemuja galau. Tidak mampu menilai dengan otak.
"Masih saja berayun dengan sepi
Mengukir makna di sebuah nisan
Lalu menyapa diary di pojokan kamar,"
Sekali lagi ia menangis lalu curhat ke delapan ratus dua puluh lima orang untuk mendengar pendapatnya satu per satu. Apakah lima saja tidak cukup? Parah, kau pemuja galau yang bangga dengan kegalauan.
"Menyimak hati demi hati
Melewati lorong demi lorong
Sesekali berbalik lalu menyesal,"
Sumpah, kau pemuja galau
Hanya mampu menangis, curhat, biarkan dirimu terluka karena terlalu sering berbalik belakang dan mengingat segudang masalah cintamu yang gagal.
Dasar pemuja galau.
Dihadapanmu sedang ada lilin menyala yang menunggu tuk di padamkan. Setelah padam, berjalanlah dengan lurus
Lilin itu mengantarkanmu pada ruangan gelap yang tidak hanya diisi satu cahaya, namun ribuan cahaya yang siap memberikan semua yang kau mau.
Berhentilah bermain dengan darah.
Jadilah Pemuja Cinta
Friday, July 25, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.