Dalam suatu kaleng yang ia tendang
Ada bunyian nyaring menyentil lorong
Sesaat ia menepis basah yang ada di dahinya
Ia masih bergelut pada lelah dua hari yang lalu
Kaleng yang ia tendang menanyakan keberadaannya
Bukan kalengnya, ternyata isinya
Sentilan pada lorong itu membangunkan manusia yang bergelut dalam keributan
Sesekali ia menatap kaleng yang ia tendang
Bunyi-bunyian itu masih menganggu
Manusia ribut sekitar seolah sangat terganggu
Bunyi-bunyian itu melebarkan ceritanya
Bunyi-bunyian bukan sekedar "ting tong"
Bunyi-bunyian itu memaksa ia berjalan
Tapi ia tetap menendang kaleng itu
Pupus
Lepas hingga kaleng itu rusak
Ia menangis
Tanpa mampu di bedakan keringat dan air matanya
Ia lelah mengekang mimpinya
Hingga ia berbalik menangis
Ia sadar terlalu sering menendang harapannya
Berharap yang ia lalui lebih aman
Matahari sangat terik
Tapi gedung teduh itu tidak ia pilih
Matahari sangat terik
Ia menyesal telah menendang kaleng itu
0 komentar:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.