Ananta Asyava :
"Ku terbangun di tepi pantai tanpa harapan dan terlihat kosong. Bangkit perlahan dengan tubuh penuh pasir. Terasa asin dan menyengat.
Dari kejauhan kulihat sekelompok Alvedian berjalan mendekatiku. Serasa ingin kabur dan lari saja dari tepi pantai kosong ini. Gedung tua berdiri di hadapanku. Lokasi aneh yang berbeda dari mimpi yang di gambarkan Foolian padaku.
Alvedian itu semakin dekat, aku semakin melemah. Tak ada energi lagi untuk melanjutkan perjalanan. Terjatuh di sudut batu yang tak jelas asalnya. Tangan dinging melingkar di lenganku. Alvedian itu merangkulku tanpa ragu. Mereka, sembilan orang. Tentulah aku kalah.
Foolian berbohong padaku. Mana mungkin aku berkuasa di atas Alvedian?
Mereka menopangku menuju gedung tua. Tepat di depan pintu besi berkarat itu, tembakan terdengar hebat. Tubuhku terhempas ke tanah. Mereka menembakku. Mereka membunuhku?"
---
Ananta Asyava
Ia menyapa melalui bayangannya
Berlari dengan jiwanya
Menyerah karena hatinya masih hidup
Andai saja pasir itu tidak ada
Ia pasti mati lebih awal
Ananta Asyava
Gadis berambut merah berkulit pucat
Benci akan hidupnya
Melawan karakternya sendiri
Berharap terlahir sebagai orang lain yang menurutnya sempurna
Ananta Asyava
Mempercayakan nafasnya pada Foolian
Memberikan mimpinya pada Foolian
Dijanjikan kelayakan pada Foolian
Ananta Asyava
Mengakui bahwa dirinya lemah
Serba kekurangan
Menganggap produk Tuhan itu gagal
Tak paham akan syukur
Alvedian adalah dirinya
Terdiri dari beberapa pikiran akan kekuasan, kebencian, ketamakan, kepemilikan, haus akan pujian, dan enggan memahami diri
Alvedian cerminan dirinya
Dari awal Ia berusaha membunuh karakternya
Membenci jalan yang dimilikinya
Hingga akhirnya Ia sadar ketika Ia melepasnya.
---
*coming soon :)