Thursday, March 7, 2013

A Dream

Terbangun dari mimpi, sebuah mimpi yang mengantar kaki ini untuk sengaja menggapainya. Bukan sengaja, tidak untuk sengaja, melainkan terencana, pasti, bahkan mungkin target. Mimpi apa aku semalam? Bertemu seseorang yang kan membawaku pergi, melayang di awan, terjatuh di pelukan pangeran? Standar!

Sudah bosan dengan cerita yang biasa, bosan dengan mimpi yang biasa. Kenapa harus jadi biasa-biasa? Luar biasa itu keharusan. Oh satu keharusan? Satu mimpi yang menjadi keharusan untuk mencapai hasil lebih dari satu.

Puluhan ribu jiwa bisa dengan beraninya mengatakan mimpi-mimpi mereka, tapi separuh dari mereka kebanyakan hanya diam dan pasah ketika mimpi mereka hanya sebatas mimpi. Impian bisa jadi nyata, tidak ada satu pun yang melarang kita bermimpi! Tidak ada, siapa pun mereka.

Kenapa? Mimpimu tidak masuk akal? Terlalu tinggi? Hingga merusak awan? Mencakar langit? Menembus surga?

Justru mereka yang ragu dengan mimpi indah dan keyakinan kita adalah orang yang memiliki mimpi yang terlalu rendah bahkan mungkin rata dengan tanah!

Mimpi harus disadari, di bangun. Mengapa? Kau dari tanah? Merasa rata dengan tanah?
Tepat!
Bangun mimpimu dari dasar, dari tanah hingga mencakar langit.

Aku benci, benci dengan mereka yang meremehkan mimpiku, menyepelehkan usahaku, dan berkata semua itu biasa saja, atau mungkin menganggap tidak masuk akal bahkan tidak akan terwujud.

Apa yang kupijaki kini, kuperbuat kini, inilah nantinya yang akan menjadi pangkuan hidup yang kuyakini menghasilkan lebih dari satu.

A dream be a lot.

Yah, aku benci. Benci dengan mereka yang tertawa sinis, benci dengan mereka yang mengolok-olok. Haruskah?

Sudah sejauh mana langkahmu? Lebih baikkah? Lebih tegaskah?

Sesungguhnya kau mengolok karena kau menyerah, karena kau tak mampu meraih mimpimu, kau putus asa dengan impianmu yang pernah menembus surga.

Tapi ketahuilah, "MIMPI YANG TIDAK KAU PERJUANGKAN, AKAN MENGHANTUIMU SEPANJANG HIDUPMU!"

Tetaplah bermimpi, berusaha mewujudkannya, berdoa, raih dan rasakanlah hasilnya.

#KeepSpirit =))

BLUR



Buram, bukan fokus, sama sekali tidak fokus. Ketika hitam ini terus kau rangkul, mati saja Kau! Bawa hitam ini sampai kau puas, hingga Kau sadar warna apa hitam itu. Untuk kesekian kalinya buram, tak terlihat fokus, tak jelas arahnya. Yah, kau letakkan hitam tepat di hadapanku. Maksudmu? Menertawakan dirimu sendiri? Tertawalah, selagi masih bernafas.

Konyol ketika kata kotor Kau ucapkan dan pertanda kemarahanmu adalah sayang. Buram semua. Pecandu kah Kau? Atau? Entahlah, sejenis penyakit kejiwaan.

Blur, pertanda bahwa tidak fokus. Tidak masalah ketika blur, hanya jangan blur tepat di wajahku, tepat di hidupku. Enyah saja Kau bawa secarik kertas yang Kau sebut karyamu. Enyah saja Kau dengan rasa beranimu mengancam dan menantang bak mereka yang tidak punya identitas diri.

Ketika lensa ini berbicara, jelas sudah matamu BLUR. Kenapa? Kenapa harus matamu? Yah, jelas sudah Kau tidak fokus, kau blurkan wajahku, sikapku, kebaikanku, bahkan rasa. Rasa? Sense? Feel?

Bermainlah dengan segudang pola pikir rendahmu yang tak berpendidikan. Bermainlah dengan otakmu yang tak Kau didik, bermainlah dengan hatimu yang tak Kau imani. Blur sudahlah hidupmu.

Apa? Aku? Aku yang harus berada dalam liang kesukaran bersamamu harus menanggung buram lagi dan lagi padahal Kau sudah jauh? Haruskah? Yah, karena Kau tak pernah puas dengan setan dalam dirimu.

Semua menganggapmu hebat, tapi Kau tidak sadar setanmu menakutkan.

Blur, parah. Andaikan kata kotor boleh terucap, tak ada satupun kata kotor terlewat untukmu. Karena kau BLUR tak FOKUS.