Tuesday, January 13, 2015

Ketulusan Dalam Nyanyian

Selalu saja, membiarkan alunan lagu ini mengapung
Tidak tahu arah akan kemana
Jalannya buntu karena ini tidak nyata
Mencintai harapan yang sebenarnya tidak ada
Hadirnya karakter penuh harapan yang sebenarnya takkan pernah ada

Sempurna bagiku
Tersenyum dalam nyanyian malam
Memberi gambaran tentang kebahagiaan dalam cinta yang tulus
Postur tubuh hingga sikap takkan pernah ditolak
Tanggung jawab menghiasi langkahnya

Namun hal itu tak patut dicintai
Hal itu tidak ada
Hanya sebatas khayalan tulus untuk mencintai
Tapi selalu saja karakter seperti itu menemaniku
Selalu saja menyemangatiku
Membuatku berani melangkah jauh

Langkah pasti dari setiap karakter
Nyata pada akhir cerita
Memberikan kebahagiaan yang terus memayangi walau ending telah di depan mata

Sekilas ku pikir aku sudah gila
Nyatanya iya
Iya, sudah gila

Karakter yang diciptakan terlalu sempurna
Bentuk fisik dan sikap yang terpancar bukan kepalsuan
Sering kali kutemui makhluk nyata disekitarku
Terlihat menarik secara fisik, tapi sikap sungguh mengecewakan

Berbeda dengan karakter ini
Berbeda dengan langkah ini
Karakter ini terlalu sempurna untuk aplikasi dunia nyata

~Otaku~

Friday, January 2, 2015

Ananta Asyava

Ananta Asyava :

"Ku terbangun di tepi pantai tanpa harapan dan terlihat kosong. Bangkit perlahan dengan tubuh penuh pasir. Terasa asin dan menyengat.

Dari kejauhan kulihat sekelompok Alvedian berjalan mendekatiku. Serasa ingin kabur dan lari saja dari tepi pantai kosong ini. Gedung tua berdiri di hadapanku. Lokasi aneh yang berbeda dari mimpi yang di gambarkan Foolian padaku.

Alvedian itu semakin dekat, aku semakin melemah. Tak ada energi lagi untuk melanjutkan perjalanan. Terjatuh di sudut batu yang tak jelas asalnya. Tangan dinging melingkar di lenganku. Alvedian itu merangkulku tanpa ragu. Mereka, sembilan orang. Tentulah aku kalah.

Foolian berbohong padaku. Mana mungkin aku berkuasa di atas Alvedian?

Mereka menopangku menuju gedung tua. Tepat di depan pintu besi berkarat itu, tembakan terdengar hebat. Tubuhku terhempas ke tanah. Mereka menembakku. Mereka membunuhku?"

---

Ananta Asyava
Ia menyapa melalui bayangannya
Berlari dengan jiwanya
Menyerah karena hatinya masih hidup
Andai saja pasir itu tidak ada
Ia pasti mati lebih awal

Ananta Asyava
Gadis berambut merah berkulit pucat
Benci akan hidupnya
Melawan karakternya sendiri
Berharap terlahir sebagai orang lain yang menurutnya sempurna

Ananta Asyava
Mempercayakan nafasnya pada Foolian
Memberikan mimpinya pada Foolian
Dijanjikan kelayakan pada Foolian

Ananta Asyava
Mengakui bahwa dirinya lemah
Serba kekurangan
Menganggap produk Tuhan itu gagal
Tak paham akan syukur

Alvedian adalah dirinya
Terdiri dari beberapa pikiran akan kekuasan, kebencian, ketamakan, kepemilikan, haus akan pujian, dan enggan memahami diri

Alvedian cerminan dirinya
Dari awal Ia berusaha membunuh karakternya
Membenci jalan yang dimilikinya
Hingga akhirnya Ia sadar ketika Ia melepasnya.

---

*coming soon :)

Thursday, January 1, 2015

Kita Bahagia

Melukiskan mentari pada senyumanmu di ujung sana
Indahnya menepis segala kerisauan hati
Semangatnya menggambarkan perjuangan yang tidak sia-sia
Seakan terbang mengarah pada impian
Terus panjatkan doa pada Ilahi
Terus yakini diri akan janjinya yang selalu pasti

Kita telah berusaha
Meraih mimpi yang jauh di atas sana
Kita telah mencapai titip akhir
Menunggu akhir bahagia yang dibuat olehNya
Kita telah sampai di puncak
Berharap doa dijamah olehNya

Terima kasih Tuhan atas segala senyuman ini
Terima kasih akan arti udara yang Kau beri
Terima kasih Tuhan karena langkah ini masih benar
Kita berusaha tetap pada jalanMu

Ya Allah
Kusandarkan bahuku padaMu
Aku Mencintaimu Ya Allah
Maafkan segala keburukan yang menutupi mataku
Maafkan segala ketamakan yang menyelimuti diri ini

Saat kaki ini telah sampai
Ku janjikan perbaikan diri yang lebih matang
Ya Allah teruslah mengingatkanku akan JalanMu yang begitu sempurna

Kita Bahagia Ya Allah selalu berada dipelukanMu