Sunday, November 30, 2014

Saya "Mariesa Giswandhani" #TolakUN Lagi!!

Kali ini beralih ke tingkat SMA. Apa yang seru di tingkat SMA?

Banyak banget kan? Hal yang paling sulit dilupakan, mulai berpikir tentang masa depan, banyak godaan persoalan cinta. Hihihi

SMP juga sih banyak hal lucu soal percintaan organisasi. Haha pengalaman.

Di SMA saya jauh lebih waras, tidak seperti SMP yang nakal bingitz. Pernah bolos juga sih, tapi makin logis alasannya.

1. Tidak suka sama pelajarannya
2. Ngantuk
3, Berlama-lama solat duhur

SMA juga makin sibuk dengan organisasi dan akhirnya belajar untuk lebih bertanggung jawab.

Di SMA, sosok guru banyak sekali. Hampir semuanya baik, hampir semuanya ngajar. Saya suka sekali. Teman-temannya pun pinter-pinter makin menantang untuk belajar. Tapi kok kita tetap saling contek mencontek yah?

1. Kami tidak menyontek di semua bidang pelajaran, hanya yang kami tidak paham atau bukan diri kami.
2. Kami menyontek karena takut tidak mencapai nilai standar kelulusan
3. Kami menyontek karena kami solid! Haha

Terakhir kali saya tidak menyontek hanya saat SD, pendidikan moral yang saya dapatkan di SD itu luar biasa, organisasi saat SD pun yang mengubah makhluk penjijik ini menjadi jorok! Tidak takut kotor dan mulai mudah berbaur.

Hanya saja itu tidak bertahan lama, godaan menyontek luar biasa saat SMP. Kadang saya berpikir, memangnya belajar susah yah? Teman SMP saya ada yang menyontek dalam segala hal. Saya bingung, mau jadi apa? Kalau tidak di kasi contekan sudahlah kita dimusuhi, dibuli, dianggap sok pintar, pelit, dan lain sebagainya.

Menyontek dihalalkan sesama teman, sebagai tolak ukur berbagi. Hasilnya apa? Sama-sama sukses. Haha

Hanya saja, walaupun persoalan PR pun kita menyontek. Berarti kita dirumah memang tidak mengerjakan PR!

Eitss, tunggu dulu, saya hanya menyontek PR Fisika (selalu), Kimia (kadang), dan Matematika (Kadang). Oke FIX!!

Sistem seperti memaksa, tidak mengenali potensi kita. Mau jadi apa sih sebenanrnya kita? Mereka yang menonjol di olahraga dianggap bodoh di kelas, yang menonjol di kelas dianggap bodoh olahraga, dan yang sibuk organisasi dianggap hanya pintar ngomong. Iyakah?

Ada juga yang bisa balance.

Anggapan itu sebenanrnya potensi.

Ada pula istilah begini

"Anak IPS itu nakal!"

Jurusan di SMA di bagi dua, ada IPA dan IPS. Anak IPA adalah anak-anak pintar yang baik. Taik!

Saya anak IPA, main kartu setiap di kelas, pernah bolos, ada teman yang hobinya pacaran terus di sekolah, anak IPA!!

Tidak ada hubungannya sama jurusan, bukankah jurusan itu diciptakan untuk memfokuskan kita akan tujuan dan potensi. Saya memilih IPS. Tapi orang tua menyarankan IPA, dengan alasan lebih universal dan high class. Entah apa patokannya. Padahal beberapa sekolah di Makassar ada juga yang menonjol di IPS.

Terbukti, guru IPS jarang masuk, kalau anak IPA nakal dibanding-bandingkan dengan anak IPS.

Mungkin itu hanya potret di sekolah saya. Masalah besarnya adalah, perlakuan guru yang tidak adil dan tidak sadar potensi. Yang nakal semakin dinakalkan, yang pintar makin pintar. Belum lagi persoalan anak guru nomor satu di sekolah.

Beberapa teman ada sih, anak guru tapi woles, ada juga yang kaku -_-" Kenapa ki fren?

SMA adalah masa gejolak, masa transisi. Mau maju atau mundur, mau gagal atau keren!

Gang makin marak, aksesoris makin oke, style ke sekolah dipaksakan menjadi ciri khas ata identitas seseorang. Padahal ini hanya sekolah lho! *baru sadar setelah kini S1*

SMA jadi ajang keren-kerenan, organisasi pun makin dihargai, makin mandiri, berani dan heboh soal pacar-pacaran. Mulai dari teman yang soleha dan juga solimin *mendzalimi diri sendiri dengan cumbuan maut sang kekasih*

Sekarang kalau diingat, begok yah! Toh masih SMA ko..

Hal itu hanya dipahami beberapa guru, ada guru yang coba membimbing dan mengajar sesuai dengan psikologi anak SMA, ada juga yang menganggap kita mahasiswa yang dilepas kayak anak ayam, mau belajar silahkan tidak juga gak masalah, toh gurunya tetap di gaji.

Saat SMA, saya tidak begitu bermusuhan dengan Fisika, tapi ada musuh baru, namanya KIMIA. Entahlah, barang ini mengerikan. Sekali lagi, "Saya tidak butuh rumus ION untuk meraih cita-cita!"

Hanya saja kali ini berbeda, gurunya mengajar di kelas, dengan sabar mengajarkan. Hanya saja kalau ulangan masih saja menyontek. Kenapa?

Karena Soalnya beda mi dengan yang dipelajari di kelas -_-"

Saat masih dikelas, wuih jago. Pas sampai di rumah, tidak bisa menyelesaikan soal fisika atau kimia sendirian. Kenapa yah?

Sampai sekarang saya masih belum bisa jawab. Sudah ikut les sama Ibu Rina yang sabar menghadapi saya walaupun hampir membuat saya dan teman saya Wanty tinggal kelas karena KIMIA tetap membuat saya tidak bisa mengerjakan soal ini sendirian.

Itu yang membuat ulangan itu wajib hukumnya Menyontek!

Praktek menyontek tingkat SMA pun jauh lebih berkelas. Makin keren, luar biasaaaaaaaa!

Pada saat kelas 3, godaan yang ada bukan cuma Joki UN, tapi juga SNMPTN.

*untung saya bebas tes :p tidak harus SNMPTN

Ujian Nasional pun jadi ajang lucu-lucuan, belajar yang kau kuasai, cek kertas kunci jawaban untuk yang tidak kau kuasai.

Hal yang paling lucu adalah, guru yang setengah mati mengajar akhirnya hanya berpikir tentang rating sekolah, kalau banyak yang tidak lulus kan malu. Mending dikasi kunci jawaban saja, supaya banyak yang lulus.

Tapi parahnya, teman-teman justru banyak yang tidak lulus di Bahasa Indonesia.

Bahasa ibu kita ini memang mengecoh, sumpah demi Allah, soalnya ngaco sekali, kayaki lagi ulang tahun semua pas ujian nasional, dia kerjaiki memang ini barang. Tidak tahu apa maunya!

Jawabannya hampir sama semua, belum lagi ada soal pendapat. Katanya pendapat, tapi pendapat kita harus sesuai dengan kunci jawabannya. Tololnya bukan main, katanya pendapat tidak pernah salah? Toh kan pendapatku yang ko tanya, tapi kenapa harus disesuaikan dengan pendapatmu?

Ujian Nasional ini untuk apa?

Lahan bisnis joki dan makin membuat kita tidak jujur. Hal yang disesalkan adalah, upaya kita selama sekolah tidak dinilai, UN menjadi patokan segalanya.

Di bawah ini saya kutip dari tolakujiannasional.com

Republik ini dibangun oleh orang-orang berani dan peduli

Siapa Soekarno Hatta? Apakah orang yang dirugikan oleh sistem penjajahan? Tidak! Mereka menikmati buah manis pendidikan Belanda

Siapa Tan Malaka & Ki Hadjar Dewantara? Apakah orang yang disingkirkan oleh sistem penjajahan? Tidak! Mereka dibesarkan oleh pendidikan Belanda

Tapi mengapa mereka tidak menikmati saja kemapanan pada jamannya? Tapi mengapa mereka tidak memilih hidup mewah menikmati manisnya hidup?

---

Tersebutlah teman kita, Nurmillaty Abadiah, sekian waktu memendam keresahan melihat praktek joki yang sistematis. Keresahan itu pecah ketika menemui kualitas soal Ujian Nasional yang tidak tepat, diluar materi belajarnya. Ia pun menulis Surat Terbuka Untuk Bapak Menteri Pendidikan.

Apa jawaban Menteri Pendidikan? “Mustahil surat itu ditulis oleh pelajar SMA”. Bukannya menanggapi pesan penting dalam surat tersebut, Pak Menteri justru meragukannya! Tidak percaya pada produk sistem pendidikan yang dipimpinnya sendiri.

Apakah benar tuduhan Pak Menteri? Sama sekali keliru! Nurmillaty Abadiah adalah pelajar SMA Khadijah Surabaya dan benar dialah yang menulis surat terbuka itu.

Siapa Nurmillaty Abadiah? Apakah dia seorang pelajar yang malas belajar? Apakah dia seorang pelajar yang suka mengeluh? Apakah dia seorang pelajar yang bodoh?

Tidak! Ia bukan pelajar yang malas belajar, justru pelajar yang berprestasi. Ia bukan menuangkan keluhan di surat terbukanya, tapi gugatan yang menghujam pada sistem penilaian bernama Ujian Nasional. Bodoh? Ia adalah anggota tim Olimpiade Sains Nasional (OSN) dan peraih medali perak di tingkat internasional.


---

Balik ke saya lagi, hehe

Pantas tidak sih kita lulus UN kalau jujur?

Saya "Mariesa Giswandhani" #TolakUN

Saya "Mariesa Giswandhani" #TolakUN

Saya mengaku kalau saya fresh graduate. Eyyyaaa.. haha, saya sudah menelan pahit manisnya belajar di Tingkat SD, SMP, dan juga SMA.

Saya sempat kritis ketika Hari Guru yg jatuh 25 November kemarin disanjung oleh kebanyakan penghuni sosial media. Entah apakah mereka memang bahagia dengan semua guru yang mengajarinya. Sorry to say, saya gak! Gak semua kece, gak semua asik, dan gak semua ngajar! gak semua membimbing!!!!!

Iyyalaah..
Saya merasa benar-benar mendapatkan sosok guru itu saat SD. Hampir semua di SD gurunya membimbing!

Tapi, ketika saya masuk SMP, GILAAAAA!!!!

Saya sejak SD berpikir untuk memecah konsep umum tentang siswa(i) pintar itu harus rapi, terkesan cupu, sopan, dan jadi teladan. Masak weh??

Saya saat SMP :

1. Ranking 1 di kelas selama 3 tahun
2. Pernah bolos
3. Pernah Berkelahi
4. Bajunya tidak pernah di masukkan
5. Roknya di atas lutut
6. Selalu pakai sneakers dengan tali sepatu tengkorak
7. Pakai kalung ala-ala Kikan Cokelat dan Ayu Garasi
8. Ketua OSIS
9. Berani sama KAKAK KELAS yang katanya KAKAK!!

---

Okelah, itu hanya opening.

Saya memang punya nilai yang bagus di sekolah, tapi masih banyak yang lebih pintar dan juga preman. Saya benci pelajaran FISIKA so much!

Saya punya cita-cita, saya sekolah tidak mau asal sekolah. Saya rasa fisika tidak masuk dalam kategori mata pelajaran yang akan membantu saya dalam meraih cita-cita. Kenapa saya dipaksa untuk mencetak nilai bagus lewat FISIKA?

Saya punya guru matematika (pria), beliau tepat waktu kalau datang mengajar. Saking tepat waktunya, beliau juga maunya buku itu dihabiskan tepat waktu. Beliau hanya mengejar buku itu habis di ajarkan sesuai BAB. Pernah seketika saya dan teman-teman tidak mengerti materi itu dan meminta agar beliau menjelaskan ulang. Apa jawabannya?

"Kita ini sudah ketinggalan jauh, ini sudah mau ulangan dan masih ada 3 Bab, kita langkahi saja!"

Gilaaaaaaaaaaaaaaaa!!
Etaaang banget gak jawabannya?

Kalau cuma sekedar mau menghabiskan BAB sini bukunya saya bakar!!!!!!!!

Saya benci Matematika saat itu! Padahal saya yakin, saya punya potensi di Matematika, SD pun saya gak begok.

Bersyukurlah saat kelas 2, guru Matematika kelas saya di ganti. Bukan pria itu lagi. Kali ini Ibu Hera :) Beliau ini manis, masih muda dan berjiwa muda. Asik sekali, kadang marah, dan pernah mencubit saya ketika beliau menjadi wali kelas. Wajar sih!

Saya masih ingat, saat itu pelajaran Kesenian, guru Seni saya berkata :

"Nak, kalau memang haus atau lapar gak usah bohong. Banyak sekali saya liat izin buang air kecil padahal ke kantin buat beli roti sama minum terus masuk kelas!"

Itu kata beliau, oke saya praktekkan!

Tepat saat pelajaran Kesenian minggu selanjutnya :

"Bu, izin mau beli minum sama roti!"

Ibu itu langsung kaget. Lalu senyum dan mempersilahkan saya untuk ke kantin!"

Sampainya di kantin. Dengan santai saya jajan apapun yang saya mau, eh.. mendadak Ibu Hera (guru matematika dan wali kelas saya) muncul. Tepat di perut cubitannya luar biasaaaa!!

"Kenapa orang lagi belajar kau di kantin?"

"Ibu, saya sudah izin!"

"Mana ada orang izin ke kantin?"

*Wajar sih, saya nakal di kelas dan pernah bolos. Wajar, sulit dipercaya -_-

Tapi Ibu Hera itu keren sekali, berkat beliau saya jago Matematika saat SMP. Karena beliau mengajar! Saya tekan lagi yah "MENGAJAR".

Tapi sayangnya guru Matematika kelas 1 itu menjadi guru Fisika di kelas 2

Beliau mengajar di kelas saya! Bisa bayangkan jadi apa kami ini? Tidak ada satupun yang bisa mengerjakan soal Fisika. Fakta!!

Saat pertama kali, beliau menanyakan mau beli buku fisika atau tidak. Saya jawab, "Tidak pak!"

Teman pun akhirnya bertanya, kenapa tidak beli buku.

"Percuma ji, nda saya baca ji ongol! Mending saya beli buku lain, kayak tong itu buku mau ko baca, bikin berat-berat tas saja!"

---

Entah apa yang ada di kepala Bapak ini, beliau mengadakan ujian lisan Fisika, Satu per satu di minta kedepan dan memilih soal secara acak. Lalu mengerjakannya di papan tulis.

1. Memangnya kita sudah pernah di ajar yah pak?
2. Memangnya kita sudah paham makanya di kasi ujian?
3. Bapak pernah nanya gak kita ngerti apa tidak tentang buah mangga yang jatuh jaraknya harus dihitung juga? Plis dulueeeeh!

Saya tidur selama saya belum dipanggil. Untung sesuai absen, jadi saya masih sempat tidur. Saya duduk paling depan, selama SMP haram bagi saya untuk duduk di belakang. Beliau tidak menegur saya yang tidur, tapi saat teman saya membangunkan, Bapak itu berkata :

"Teman-teman mu tegang, kamu tenang!"

Yaiyyyaaaalaaah, cincailaaaah...
Tegang atau tidak, saya tetap tidak bisa jawab apapun soalnya. Terbukti, satu kelas dihukum !

Tidak ada yang bisa jawab. Salah siapa? Salahku?

Saya pernah ranking 1 dengan nilai fisika 5 di rapor :)

---

Pertanyaan nya? Patutkah saya ikut Ujian Nasional dengan jujur?

Saya takut tidak lulus Ujian Nasional saat SMP karena saya merasa nakal. Punya prestasi di kelas dan organisasi tapi menghalalkan bolos.

Tapi itu tidak masuk dalam penilaian, asalkan nilai UNnya bagus.

Patutkah saya lulus?
Saya belajar untuk apa?
Saya dipaksa nurut untuk apa?

---

Ada juga guru Olahraga saya, yang mohon maaf saja. Celananya tergantung ala-ala ustad. Tapi beliau pernah memukul kami sampai biru kalau tidak bisa berhasil skiping sebanyak 55 lompatan.

Ada kalanya tali skiping itu terlilit, kita terjatuh, kurang konsentrasi, dll. Hampir setiap hari saya skiping di rumah agar selama 55 kali itu saya tidak berhenti. Saya berkali-kali berhasil.

Tapi sayang, saat di sekolah Kayu 1 meter itu hinggap ke betis. Teman cowok saja ada yang menangis karena itu.

Apa tujuannya?
Terus kalau sudah 55kali kenapa?
Kalau gagal terus di pukul kenapa?
Kenapa PAK?
Birunya parah lho pak, butuh berminggu-minggu supaya hilang. Hasilnya cowok/cewek ke sekolah dengan kaus kaki yang tinggi.

---

PAK, ANDA TIDAK LULUS UN DARI SEGI KELAKUKAN!

---

Itu masih mending menurut saya, Teman saya mendapat perilaku tidak mengenakkan dari Guru Biologi. Guru itu memang dikenal Lale (porno).

Beliau tidak mengajar, melirik manis seolah kami mangsa. Mau menelan kami dengan segera. Hanya saja beliau memang baik, saya diperbolehkan menyontek setiap ulangan kalau beliau yang jadi pengawasnya.

Saya justru menantang guru-guru seperti ini. Saya malah pernah maju kedepan kelas dan berkata, "Apa pak? Apa yang bapak liat dari saya? Dasar Lale!"

Saya percaya, semakin kita berani, Orang kayak gitu gak berani macam-macam. Hasilnya teman saya yang kalem malah kena -_-"

Gak masalah, dia masih perawan kok! Cuma tangannya Bapak ini gatal, pegang hal yang gak perlu.

FIX, BAPAK GAK LULUS UN!!! SAYA MASIH LEBIH TERPUJI!!

---

Patutkah mereka menguji saya di ujian nasional?
Kalau guru yang becus gak masalah!
Kan mereka sudah ngajarin, wajar memberikan kami ujian untuk tahu potensi kami.

"TIDAK SEMUA GURU MENGAJAR, MEMBIMBING, APALAGI MENJADI ORANG TUA DI SEKOLAH!"

LALU UN UNTUK APA?

RUANG UNTUK PARA JOKI UN :)

Sunday, November 2, 2014

Pelari Kelas Teri

Meja lapuk, tua, dan kusam
Bergerak sendiri tanpa nyawa mengawalnya
Kaki kecil menghampirinya, tidak heran, justru menemani meja itu bercerita

Dalam gelapnya senja, kaki kecil itu membisikkan kata nakal
Dia katakan bahwa duniaku sedang terganggu oleh ketenaran

Kaki kecil itu tertawa lalu membuang muka
Dia masih terlalu belia untuk mengatakan itu padaku

Meja lapuk itu lalu jatuh dan menimpa kakiku
Yah kakiku, yang kupikir berada jauh darinya

Inilah ulah pelari itu, saat meninggalkan jejaknya di kaki orang lain
Kaki kecil itu berbalik dan tertawa lagi

Oh ya, ini maksud kata nakalnya yang mengartikan ketenaran adalah sebuah jawaban
Ini bukan tentang "popular" tapi "unpopular post"

Dia melambai lalu berteriak

"Jangan harapkan dunia lama kembali, ciptakan yang lebih segar dari kemarin!"

Gila saja, kaki kecil ini menasihati kakiku yang tertindas luka oleh pelari itu, bodohnya ini hanya sebuah meja lapuk!