Sunday, November 30, 2014

Saya "Mariesa Giswandhani" #TolakUN

Saya "Mariesa Giswandhani" #TolakUN

Saya mengaku kalau saya fresh graduate. Eyyyaaa.. haha, saya sudah menelan pahit manisnya belajar di Tingkat SD, SMP, dan juga SMA.

Saya sempat kritis ketika Hari Guru yg jatuh 25 November kemarin disanjung oleh kebanyakan penghuni sosial media. Entah apakah mereka memang bahagia dengan semua guru yang mengajarinya. Sorry to say, saya gak! Gak semua kece, gak semua asik, dan gak semua ngajar! gak semua membimbing!!!!!

Iyyalaah..
Saya merasa benar-benar mendapatkan sosok guru itu saat SD. Hampir semua di SD gurunya membimbing!

Tapi, ketika saya masuk SMP, GILAAAAA!!!!

Saya sejak SD berpikir untuk memecah konsep umum tentang siswa(i) pintar itu harus rapi, terkesan cupu, sopan, dan jadi teladan. Masak weh??

Saya saat SMP :

1. Ranking 1 di kelas selama 3 tahun
2. Pernah bolos
3. Pernah Berkelahi
4. Bajunya tidak pernah di masukkan
5. Roknya di atas lutut
6. Selalu pakai sneakers dengan tali sepatu tengkorak
7. Pakai kalung ala-ala Kikan Cokelat dan Ayu Garasi
8. Ketua OSIS
9. Berani sama KAKAK KELAS yang katanya KAKAK!!

---

Okelah, itu hanya opening.

Saya memang punya nilai yang bagus di sekolah, tapi masih banyak yang lebih pintar dan juga preman. Saya benci pelajaran FISIKA so much!

Saya punya cita-cita, saya sekolah tidak mau asal sekolah. Saya rasa fisika tidak masuk dalam kategori mata pelajaran yang akan membantu saya dalam meraih cita-cita. Kenapa saya dipaksa untuk mencetak nilai bagus lewat FISIKA?

Saya punya guru matematika (pria), beliau tepat waktu kalau datang mengajar. Saking tepat waktunya, beliau juga maunya buku itu dihabiskan tepat waktu. Beliau hanya mengejar buku itu habis di ajarkan sesuai BAB. Pernah seketika saya dan teman-teman tidak mengerti materi itu dan meminta agar beliau menjelaskan ulang. Apa jawabannya?

"Kita ini sudah ketinggalan jauh, ini sudah mau ulangan dan masih ada 3 Bab, kita langkahi saja!"

Gilaaaaaaaaaaaaaaaa!!
Etaaang banget gak jawabannya?

Kalau cuma sekedar mau menghabiskan BAB sini bukunya saya bakar!!!!!!!!

Saya benci Matematika saat itu! Padahal saya yakin, saya punya potensi di Matematika, SD pun saya gak begok.

Bersyukurlah saat kelas 2, guru Matematika kelas saya di ganti. Bukan pria itu lagi. Kali ini Ibu Hera :) Beliau ini manis, masih muda dan berjiwa muda. Asik sekali, kadang marah, dan pernah mencubit saya ketika beliau menjadi wali kelas. Wajar sih!

Saya masih ingat, saat itu pelajaran Kesenian, guru Seni saya berkata :

"Nak, kalau memang haus atau lapar gak usah bohong. Banyak sekali saya liat izin buang air kecil padahal ke kantin buat beli roti sama minum terus masuk kelas!"

Itu kata beliau, oke saya praktekkan!

Tepat saat pelajaran Kesenian minggu selanjutnya :

"Bu, izin mau beli minum sama roti!"

Ibu itu langsung kaget. Lalu senyum dan mempersilahkan saya untuk ke kantin!"

Sampainya di kantin. Dengan santai saya jajan apapun yang saya mau, eh.. mendadak Ibu Hera (guru matematika dan wali kelas saya) muncul. Tepat di perut cubitannya luar biasaaaa!!

"Kenapa orang lagi belajar kau di kantin?"

"Ibu, saya sudah izin!"

"Mana ada orang izin ke kantin?"

*Wajar sih, saya nakal di kelas dan pernah bolos. Wajar, sulit dipercaya -_-

Tapi Ibu Hera itu keren sekali, berkat beliau saya jago Matematika saat SMP. Karena beliau mengajar! Saya tekan lagi yah "MENGAJAR".

Tapi sayangnya guru Matematika kelas 1 itu menjadi guru Fisika di kelas 2

Beliau mengajar di kelas saya! Bisa bayangkan jadi apa kami ini? Tidak ada satupun yang bisa mengerjakan soal Fisika. Fakta!!

Saat pertama kali, beliau menanyakan mau beli buku fisika atau tidak. Saya jawab, "Tidak pak!"

Teman pun akhirnya bertanya, kenapa tidak beli buku.

"Percuma ji, nda saya baca ji ongol! Mending saya beli buku lain, kayak tong itu buku mau ko baca, bikin berat-berat tas saja!"

---

Entah apa yang ada di kepala Bapak ini, beliau mengadakan ujian lisan Fisika, Satu per satu di minta kedepan dan memilih soal secara acak. Lalu mengerjakannya di papan tulis.

1. Memangnya kita sudah pernah di ajar yah pak?
2. Memangnya kita sudah paham makanya di kasi ujian?
3. Bapak pernah nanya gak kita ngerti apa tidak tentang buah mangga yang jatuh jaraknya harus dihitung juga? Plis dulueeeeh!

Saya tidur selama saya belum dipanggil. Untung sesuai absen, jadi saya masih sempat tidur. Saya duduk paling depan, selama SMP haram bagi saya untuk duduk di belakang. Beliau tidak menegur saya yang tidur, tapi saat teman saya membangunkan, Bapak itu berkata :

"Teman-teman mu tegang, kamu tenang!"

Yaiyyyaaaalaaah, cincailaaaah...
Tegang atau tidak, saya tetap tidak bisa jawab apapun soalnya. Terbukti, satu kelas dihukum !

Tidak ada yang bisa jawab. Salah siapa? Salahku?

Saya pernah ranking 1 dengan nilai fisika 5 di rapor :)

---

Pertanyaan nya? Patutkah saya ikut Ujian Nasional dengan jujur?

Saya takut tidak lulus Ujian Nasional saat SMP karena saya merasa nakal. Punya prestasi di kelas dan organisasi tapi menghalalkan bolos.

Tapi itu tidak masuk dalam penilaian, asalkan nilai UNnya bagus.

Patutkah saya lulus?
Saya belajar untuk apa?
Saya dipaksa nurut untuk apa?

---

Ada juga guru Olahraga saya, yang mohon maaf saja. Celananya tergantung ala-ala ustad. Tapi beliau pernah memukul kami sampai biru kalau tidak bisa berhasil skiping sebanyak 55 lompatan.

Ada kalanya tali skiping itu terlilit, kita terjatuh, kurang konsentrasi, dll. Hampir setiap hari saya skiping di rumah agar selama 55 kali itu saya tidak berhenti. Saya berkali-kali berhasil.

Tapi sayang, saat di sekolah Kayu 1 meter itu hinggap ke betis. Teman cowok saja ada yang menangis karena itu.

Apa tujuannya?
Terus kalau sudah 55kali kenapa?
Kalau gagal terus di pukul kenapa?
Kenapa PAK?
Birunya parah lho pak, butuh berminggu-minggu supaya hilang. Hasilnya cowok/cewek ke sekolah dengan kaus kaki yang tinggi.

---

PAK, ANDA TIDAK LULUS UN DARI SEGI KELAKUKAN!

---

Itu masih mending menurut saya, Teman saya mendapat perilaku tidak mengenakkan dari Guru Biologi. Guru itu memang dikenal Lale (porno).

Beliau tidak mengajar, melirik manis seolah kami mangsa. Mau menelan kami dengan segera. Hanya saja beliau memang baik, saya diperbolehkan menyontek setiap ulangan kalau beliau yang jadi pengawasnya.

Saya justru menantang guru-guru seperti ini. Saya malah pernah maju kedepan kelas dan berkata, "Apa pak? Apa yang bapak liat dari saya? Dasar Lale!"

Saya percaya, semakin kita berani, Orang kayak gitu gak berani macam-macam. Hasilnya teman saya yang kalem malah kena -_-"

Gak masalah, dia masih perawan kok! Cuma tangannya Bapak ini gatal, pegang hal yang gak perlu.

FIX, BAPAK GAK LULUS UN!!! SAYA MASIH LEBIH TERPUJI!!

---

Patutkah mereka menguji saya di ujian nasional?
Kalau guru yang becus gak masalah!
Kan mereka sudah ngajarin, wajar memberikan kami ujian untuk tahu potensi kami.

"TIDAK SEMUA GURU MENGAJAR, MEMBIMBING, APALAGI MENJADI ORANG TUA DI SEKOLAH!"

LALU UN UNTUK APA?

RUANG UNTUK PARA JOKI UN :)

0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.