Monday, March 2, 2015

Lelaki Fiksi

 Mencari sebuah nama dalam kardus di dalam kamar

Galaunya, tak satu pun nama terlintas untuk dituliskan
Ketika aku harus bermain dalam tokoh palsu buatan manusia, sudah pasti aku akan dikatakan gila

Jalannya singkat tapi perih
Meneteskan darah yang menderu derai

Sebuah nama menjadi acuan atau motivasi
Menjadi drugs saat akan mabuk akan sebuah karya
Menjadi sebuah minuman beracun yang membuat jemari ini melayang menuliskan kegelapan

Benar sekali
Ini gelap
Jelas terasa gelap

Apa yang kuharapkan dari tokoh fiksi?
Haruskah dia dituliskan dalam sebuah kronologi maut?
Layaknya kerasnya persaingan menuju atap sembari membasmi musuh di lantai dasar

Ini tentang cinta
Cinta yang tidak tahu akan dituangkan ke siapa?
Hati ini bisa jadi penuh dengan angin
Berhembus dengan garang hingga jadi tornado
Membutuhkan sebuah nama untuk membuatnya menjadi tenang

Tokoh yang bukan untuk bermain dalam kegelapan
Tapi gelap karena bukan kenyataan
Dia terlalu tampan walau sudah babak belur
Dia terlalu tampan bila itu harus dikatakan sebagai aksi begal dalam istilah kekinian

Menyapa pagi tanpa mentari
Seperti meminum secangkir kopi tanpa kopinya
Namanya saja cangkir kopi

Yah, terima kasih banyak buat tokoh fiksi yang masih membayangi mimpi
Terima kasih buat senyummu dalam animasi
Setidaknya aku menulis!



0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.